Jumat, 02 November 2012

[#4] Unlimited Fantasy Online | Level 1 : Dark Aura

Novel | Fiksi Ilmiah

Dinginnya keringat yang menetes. Rasa sakit dari luka-luka sayatan yang dalam. Nafas yang tidak beraturan. Rasa lelah. Semuanya hanyalah sekumpulan sinyal yang dikirimkan oleh «DDH» pada otakku. Aku tidak benar-benar merasakannya. Aku yang di alam sana kini sedang tertidur sangat lelap. Atau bahkan, dengan setengah mendengkur.

Seandainya yang kulakukan kini adalah berpiknik bersama «Red» sambil menikmati sandwich lezat, sudah pasti aku tidak akan memprotes kecanggihan yang dimiliki oleh «DDH». Namun saat ini aku sedang berada dalam situasi yang jauh berbeda.

Seribu jenis kutukan sudah kuucapkan dalam hatiku. Kukirimkan secara khusus untuk penemu «DDH».

Kurasakan gerbang kematian sudah sangat dekat denganku. Ratusan orang di sini terus menyerangku bergantian tanpa memberikanku sedikitpun celah untuk bernafas.

Aku terus bergerak menghindari ayunan senjata yang datang  silih berganti. Jurus demi jurus kulancarkan untuk membalas serangan mereka. Namun serangan itu tetap berdatangan tiada henti. Sangat sulit menghindari seluruh serangan yang datang.

Luka-luka di tubuhku bertambah setiap detiknya. Luka memar dari pukulan benda tumpul. Luka sayatan dari pedang tajam. Luka tusukan dari tombak-tombak yang panjang. Semuanya menambah rasa sakit yang sedari tadi kurasakan.

Merasakan kematian di «Unlimited Fantasy Online» adalah hal yang sangat kuhindari. Tubuhku di dunia nyata tidak akan benar-benar mati. Namun «UFO» memiliki sebuah aturan yang disebut «Reincarnation System».

Bila seorang pemain mati, maka dia akan di paksa untuk «log out» dari permainan. Dia tidak akan dapat memainkan «UFO» hingga 24 jam lamanya. Jeda waktu ini «UFO» sebut dengan «Reincarnation Cooldown». Namun yang paling menyakitkan dari itu semua adalah sang pemain harus kembali menjadi «Level 1», yang artinya mengulang segalanya dari awal.

Setelah ratusan jam petualangan yang kualami. Mengulang semua dari awal adalah kutukan. Bagi pemain level rendah mungkin «Reincarnation System» bukanlah sebuah masalah berarti. Namun bagiku dan pemain level tinggi lainnya, menjalani «Reincarnation System» sama saja dengan merasakan kematian yang permanen.

Semburan darah panas menerpa wajahku. Setiap jengkal tubuhku kini berwarna merah darah. Akan sangat sulit membedakan yang mana darahku dan yang mana darah korbanku. Mengerikan. Pasti itulah yang dipikirkan oleh orang-orang yang melihatku kini.

Entah sudah berapa player yang kubuat merasakan «Reincarnation System». Entah berapa kepala yang sudah berhasil kutebas. Namun para player ini terus menyerangku dengan membabi buta. Tidak peduli berapa banyak temannya yang sudah kuhabisi.

Aku masih sulit untuk bergerak, rapatnya barisan kawanan yang mengeroyokku membuat ruang gerakku terbatas. Tapi aku tetap berusaha untuk bergerak selincah mungkin. Setidaknya gerakanku dapat meminimalisir «damage» yang kuterima.

Kotak merah di sebelah kiri yang menandakan detak kehidupanku kini hanya menyisakan seperempatnya saja. Aku sudah di ujung jurang kematian. Luka-luka di tubuhku terasa sangat menyakitkan. Armorku yang seharusnya tampak gagah kini lebih mirip dengan baju pengemis yang compang-camping.

Setelah bertahan cukup lama, tanpa kusadari gerakanku semakin lincah. Aku mendapatkan lebih banyak ruang untuk bergerak. Kurasa aku sudah menghabisi separuh dari jumlah pasukan musuhku. Walaupun sudah dapat menghindari lebih banyak serangan, aku tetap terdesak. Karena kini «HP» ku hanya tersisa sepuluh persennya saja.

Aku terus bergerak menghindari serangan yang datang padaku, namun aku juga tidak lupa untuk melakukan serangan balik yang mematikan. Kuharus tetap fokus dan melupakan rasa nyeri di sekujur tubuhku. Aku harus tetap berada pada ritme yang tepat untuk dapat bertahan hidup.

Tanpa kusadari secara reflex tubuhku membentuk sebuah pose jurus yang tepat, «Tornado Slash» kulancarkan. Jurus mematikan ini berhasil menghabisi beberapa orang sekaligus.

Kini hanya ada sepuluh orang saja yang tersisa. «Aliansi Bidak Catur» sebenarnya bukanlah sebuah aliansi kecil, mereka merupakan aliansi besar yang cukup disegani. Terbukti dengan «HP» ku yang kini hanya tersisa dua digit saja.

Kuperhatikan kesepuluh orang ini sudah sangat ketakutan. Mereka baru menyadari betapa mengerikannya diriku.

“Kau yang pergi atau aku yang akan menghabisi kalian semua?”, gertakku berusaha membuat tone suara setenang mungkin.

Sejenak mereka saling pandang. Kalah gertak, salah seorang dari mereka berlari sekencang yang dia mampu.

“Tunggu, jangan tinggalkan aku!”, teriak pria kurus bersenjatakan pedang kecil. Melihat dua orang temannya melarikan diri, player yang lain ikut berlari meninggalkanku yang diselimuti darah merah.

Untuk kesekian kalinya aku berhasil melewati lembah kematian. Aku berhasil bertahan hidup. Seandainya saja mereka cukup berani untuk menyerangku. Sudah pasti aku akan mati. Dua atau tiga serangan telak akan menghabiskan seluruh «HP» ku.

Pertarungan yang menguras konsentrasi membuatku tidak menyadari bahwa sedari tadi aku sudah  «Level Up» sebanyak dua kali. Di «UFO», membunuh player yang lain akan memberikan «Experience» yang jauh lebih besar bila dibandingkan dengan melakukan «Grinding» secara normal. Namun sebagai konsekuensinya, seorang «Player Killer» akan mendapatkan «Negative Charma».

«Negative Charma» memberikan player banyak kerugian. Salah satunya adalah masuk ke dalam «Wanted List» dan menjadi buruan para «Bounty Hunter». Kini, setelah membunuh begitu banyak orang,  tidak ada satu tempatpun di «UFO» yang aman bagiku.

DING!

Sebuah suara menggema dikepalaku. Menandakan bahwa system dalam «UFO» akan memberitahukanku sesuatu.

“Player Shomad, Selamat, Anda kini telah memiliki «Negative Charma» yang cukup untuk mengaktifkan «Dark Aura».”

Sungguh, aku tidak peduli dengan «Dark Aura». Aku tidak menginginkannya. «Dark Aura» sendiri adalah kebanggaan yang diincar oleh banyak penjahat di «UFO». «Dark Aura» akan membuat seorang penjahat lebih disegani. Aku sama sekali tidak berminat menjadi penjahat, aku hanya ingin bertahan hidup.

Sejenak kuperiksa update «Wanted List» terbaru. Namaku bertengger di jajaran teratas «Wanted List». Aku termasuk 100 penjahat terbesar di «UFO». Kepalaku kini dihargai 45 juta «Haipur», lebih tinggi 5 juta dari sebelumnya. «Haipur» sendiri adalah mata uang yang digunakan oleh «UFO».

Kuambil sebuah benda bulat berwarna merah dengan bercak-bercak hitam. Ini adalah salah satu item langka. Namanya «Mega Loot». «Mega Loot» berfungsi untuk mengambil seluruh drop item dalam area jangkauan 500 meter. «Mega Loot» akan sangat berguna saat sebuah Guild atau Aliansi melakukan «Raid» pada Boss. Namun, karena Player yang mati juga meninggalkan drop item, maka «Mega Loot» akan sangat berguna saat ini.

Kubanting «Mega Loot» hingga pecah, awan hitam tebal keluar dari dalamnya lalu membentuk ratusan tentacle kecil. Tentacle awan itu bergerak menghampiri seluruh korbanku. Tentacle-tentacle itu lalu kembali membawa banyak uang dan juga item, termasuk «Equipment» yang tadi mereka gunakan.

Barang-barang itu masuk ke dalam «Infinite Bag», item langka milikku yang lain. Tidak seperti tas lainnya, «Infinite Bag» memiliki kapasitas yang tidak terbatas.

Kuberjalan tertatih melangkahi ratusan mayat berdarah segar yang bergeletakan. Mayat-mayat itu akan tetap ada di sana hingga 24 jam sejak waktu kematiannya.

«Reincarnation Cooldown» berlangsung selama 24 jam waktu dunia nyata, maka mayat tersebut akan tetap di sana berdasarkan perhitungan waktu «UFO». Di «UFO», waktu berjalan 7 kali lebih cepat dibandingkan dengan dunia nyata. Artinya, satu jam di dunia nyata akan terasa seperti 7 jam di dalam «UFO».

Kusandarkan tubuhku pada sebuah pohon yang cukup rindang. Kuhela nafas panjang menahan rasa sakit yang mendera tubuhku. Kuminum sebotol besar «Potion» berwarna merah. Namun ternyata, «Potion»  tersebut tidak mampu mengobati seluruh luka yang kuderita

Seekor naga mungil berwarna merah terbang turun hinggap di atas kepalaku.

“Kuiiik…”, teriaknya manja.

“Sudahlah Red, kau pikir aku mau bermain denganmu setelah membunuh 415 orang player dalam waktu dua jam?”, aku sudah menghitungnya, itulah jumlah tepat korbanku kali ini.

Red memejamkan matanya. Kemudian tubuh Red memendarkan cahaya berwarna hijau, Red sedang melakukan «Healing».

Ku rilekskan badanku membiarkan Red melakukan tugasnya. Dalam lamunan, pikiranku menerawang jauh ke dalam kenangan masa lalu.

Bersambung
Yusuf Abdac © 2012

Tidak ada komentar: