Sahabat, berapakah waktu yang tersisa bagi dirimu? Adakah seorang darimu yang tahu angka di atas urat nyawamu? Adakah yang tahu berapa waktu yang tersisa bagi diriku? Seandainya di antara sahabat ada yang mengetahuinya, tentu dia bukanlah manusia seperti diriku. Kuyakin dia adalah malaikat maut yang bersiap menunggu angka-angka tersebut membentuk 00:00.
Hidup hanyalah urusan jatah waktu. Bagaikan bom yang dihitung mundur, hidup akan berakhir dengan kematian. Namun, sayangnya tidak banyak orang yang menyadarinya. Termasuk diriku. Terkadang aku ingat, tapi seringkali aku lalai dan lupa bahwa hidupku ini ada akhirnya. Seringkali aku lupa bahwa di setiap millisecond hidupku, aku terus melahap semangkok usia yang telah disediakan.
Setiap detik hidupku yang tidak bermanfaat, berarti aku telah mengkhianati jutaan millisecond yang seharusnya kumanfaatkan. Berarti aku telah berbuat dzolim pada diriku sendiri. Bila diakumulasikan semenjak aku lahir, mungkin sudah puluhan tahun yang kulalui dengan tidak bermanfaat. Mungkin sudah puluhan tahun yang kubuang sia-sia.
Beberapa minggu terakhir ini adalah salah satu jam-jam yang kurasa tidak bermanfaat. Padahal, di waktu ini aku berusaha memanfaatkannya dengan sebaik mungkin, untuk mengejar beaneka ragam target dan juga cita-cita. Namun, selalu berakhir dengan melakukan berbagai hal konyol yang tidak ada artinya.
Lihatlah aku kini, tidak ada tulisan dan cerita yang kuselesaikan dengan sempurna. Tidak ada penghasilan tambahan yang kudapatkan. Tidak ada nilai Ibadah yang kujalankan. Tidak ada manfaat yang kubagikan.
Untung saja aku kini menyadari penyebab berbagai hal konyol yang kulakukan. Hanya satu, karena aku lupa, bahwa aku hidup di dunia hanya sementara. Bahwa segala kesenangan dan penderitaan di dunia hanya sementara. Seharusnya kubebaskan saja semua pikiran akan kesenangan dan juga penderitaan duniawi. Seharusnya kujalankan saja hidup ini sebaik mungkin tanpa mempedulikan senang sedih yang datang silih berganti.
Mulai saat ini, kucoba mengurut hati. Meluruskan tali niat yang tergulung tak karuan. Memfokuskan diri pada kepentingan ibadah semata. Tanpa mempedulikan segala unsur dunia, baik itu suka ataupun duka.
Toh, bila aku terus mengejar dunia, tidak ada satu hasillpun yang dapat memuaskan dahaga.
Toh, segudang nafsu tak akan penuh bahkan bila kuterus menjejalinya dengan berbagai prestasi dunia.
Toh, segala ikhtiar untuk mengejar urusan duniawi adalah ibadah juga.
Toh, beribadah tidak akan membuat kita benar-benar melupakan urusan dunia.
Disinilah aku. Menarik nafasku dalam-dalam. Mencoba untuk fokus agar dapat menjalankan hidup dengan sebaik yang aku mampu. Hingga hatiku tak lagi sesak karena terus dijejali oleh berbagai suka-duka dunia. Agar hatiku damai, terbang ringan menuju kematian.
Selesai
Yusuf Abdac © 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar